Apotik sebagai tempat untuk membeli obat-obatan telah ada sejak
lama dalam sejarah manusia. Namun, jika Anda bertanya tentang penemu apotik
modern, salah satu tokoh terkenal dalam pengembangan konsep apotik adalah Dr.
Willem Einthoven, seorang dokter Belanda yang dikenal karena karyanya di bidang
elektrokardiografi.
Meskipun tidak secara khusus menemukan apotik, Dr. Einthoven berkontribusi pada pengembangan ilmu farmasi dengan penemuan elektrokardiogram (EKG) pada tahun 1903. EKG menjadi alat penting dalam mendiagnosis masalah jantung dan membantu memahami kondisi kardiovaskular manusia. Penemuan ini membuka jalan bagi peningkatan pelayanan kesehatan dan memberikan informasi penting dalam pengobatan, termasuk dalam penggunaan obat-obatan.
Saat ini, apotik modern merupakan hasil dari perkembangan ilmu farmasi dan regulasi kesehatan di berbagai negara. Tokoh-tokoh lain dalam sejarah, seperti Hippocrates dari Yunani kuno, juga telah memberikan kontribusi besar dalam bidang farmasi dan pengobatan. Namun, Dr. Willem Einthoven merupakan salah satu contoh tokoh penting yang membantu memajukan pemahaman dan penggunaan obat-obatan dalam praktik medis modern. Sejarah Apotik telah berjalan panjang seiring dengan perkembangan peradaban manusia. Bentuk awal dari apotik dapat ditemukan dalam praktik pengobatan kuno di berbagai budaya. Berikut adalah ringkasan sejarah apotik berserta literaturnya:
1.
Sumeria (sekitar 2600 SM) - Salah satu catatan tertua tentang
apotik berasal dari prasasti Sumeria yang ditemukan di Mesopotamia. Di sini,
apoteker dikenal sebagai "asipu," dan mereka menyusun resep obat
berdasarkan pengetahuan tentang tanaman obat dan ramuan.
2.
Mesir Kuno (sekitar 2000 SM) - Papirus Ebers, yang diperkirakan
berasal dari Mesir Kuno, merupakan salah satu kumpulan tulisan medis tertua
yang masih ada hingga saat ini. Papirus ini mencakup berbagai resep obat dan
pengobatan tradisional Mesir Kuno, termasuk penggunaan tanaman obat dan
bahan-bahan alami.
3.
Yunani Kuno (abad ke-5 SM) - Hippocrates, dikenal sebagai
"Bapak Kedokteran," memberikan sumbangan besar dalam perkembangan
ilmu farmasi dan pengobatan. Karya-karyanya, seperti "Corpus
Hippocraticum," mencakup penelitian tentang berbagai obat dan metode
pengobatan, dan menjadi dasar pengembangan ilmu kedokteran di masa mendatang.
4.
Roma Kuno (abad ke-1 SM) - Pedanius Dioscorides, seorang ahli
farmasi dan botani dari Romawi, menulis "De Materia Medica," sebuah
ensiklopedia tentang lebih dari 600 tanaman obat. Karyanya ini menjadi panduan
standar dalam penggunaan obat-obatan alami selama berabad-abad.
5.
Timur Tengah dan Dunia Islam (abad ke-9 hingga ke-14) - Dunia
Islam memiliki peran penting dalam perkembangan ilmu farmasi dan apotik. Abu
al-Qasim al-Zahrawi, seorang ahli bedah dan apoteker dari Andalusia, menulis
"Al-Tasrif," yang berisi panduan tentang pembuatan obat dan alat
bedah.
6.
Eropa Abad Pertengahan (abad ke-5 hingga ke-15) - Pada masa ini,
apotik mulai diatur secara resmi, dan badan-badan seperti "Guild
Apoteker" didirikan untuk mengawasi praktik farmasi. "Physica"
karya Hildegard dari Bingen dan "Catholicon" karya Johannes Balbus
adalah beberapa karya terkenal pada masa ini.
7.
Renaisans dan Era Modern (abad ke-15 hingga ke-19) -
Perkembangan ilmu pengetahuan dan revolusi industri membawa perubahan besar
dalam apotik. Farmakope menjadi standar resmi untuk obat-obatan, dan apotik
modern semakin menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi dan ilmu
farmasi.
Literatur dari periode ini meliputi "The Canon of Medicine" karya Avicenna dan "Pharmacopoeia Londinensis," yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1618.
Seiring dengan berjalannya waktu, ilmu farmasi dan apotik terus berkembang, dan saat ini apotik modern memainkan peran penting dalam sistem perawatan kesehatan, menyediakan obat-obatan yang aman dan efektif untuk masyarakat.